BROKEN HOME
Selamat malam,
Assalamu'alaikum teman-teman. Kali ini saya menuliskan blog yang bertema Broken Home. Apa sih broken home itu? Kenapa saya membuat blog bertema broken home? Nanti saya akan menjelaskan semuanya. Mungkin nanti akan sangat panjang.
Hai kawan, saya adalah seorang anak broken home. Broken home ialah kondisi hilangnya perhatian dari keluarga ataupun kurangnya perhatian dari orang tua yang disebabkan perceraian, keluarga tidak utuh, keluarga utuh namun tidak harmonis, ada yang ayah/ibunya tidak cerai namun pergi tanpa kabar, dan masih banyak faktor lainnya. Terdengar rumit memang. Dan saya sedang mengalami hal tersebut. Oleh karena itu saya menulis blog tentang broken home.
Stigma anak broken home saat ini masih sangat buruk. Tidak terdengar asing jika beberapa dari mereka melakukan hal buruk dikarenakan kurangnya perhatian keluarga. Banyak dari mereka sedang mengalami keaadan tersulit. Anak broken home sering sekali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Saya pun pernah seperti itu.
Kisah ini dimulai ketika saya kelas 6, dan orang tua saya berpisah. Tepat dihari ulang tahun saya. Pada saat itu tidak ada yang ingat saya ulang tahun. Mereka semua sibuk. Berat sekali rasanya. Setelah itu saya ikut ayah dan tidak pernah bertemu lagi dengan ibu. Saya benar-benar hancur hari itu.
Namun saya berusaha menerima keadaan tersebut. Lama-lama saya pun terbiasa tanpa ibu, meski sangat rindu. Saya pernah melakukan kesalahan, dengan melukai diri sendiri ( Self-harm ). Saya pun menyadari itu hanya merugikan diri sendiri. Setiap hari saya mencoba bangkit, meski rindu ibu, rindu keutuhan keluarga.
Tidak semua yang terpisah bisa diperbaiki dengan jalan disatukan (kembali).
Sandal yang putus bisa dijahit, guci yang retak bisa dilem, ayah dan ibu berpisah tidak bisa kembali bersama.
Tetapi ini sudah takdir, saya berusaha baik-baik saja meski hati sedang tidak baik-baik saja.
Katanya, pelukan ayah dan ibu adalah obat lelah terbaik di dunia. Katanya rumah adalah tempat terbaik untuk pulang saat dunia tak lagi berpihak.
Namun, bagi kami yang kehilangan keutuhan keluarga tidak demikian. Hidup kami adalah tanggung jawab terbesar, memeluk diri sendiri saat lelah dan menciptakan tempat "pulang" yang baru. Karena keluarga tak menawarkan hal tersebut.
~Seperti itulah curahan hati anak broken home.
Hai kawan, bagi kalian yang membaca blog saya dan sedang dalam keadaan seperti yang saya ceritakan, kalian tidak perlu berlarut-larut untuk bersedih. Kalian perlu bangkit untuk hidup. Dan juga sayangilah diri sendiri dan masa depan kalian. Jangan sampai membenci orang tua kalian.
Guru saya pernah berkata pada saya, "meski seluruh dunia membenci ibu kamu, kamu jangan pernah benci sama ibu."
Sudah dahulu cerita dari saya, maaf jika ada kekurangan. Terima kasih telah membaca blog saya.
Wassalamu'alaikum.
by Dyah Indana Zulfa
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PERCAYALAH
Nadira, seorang anak petani di desa kecil yang mempunyai cita-cita besar. Cita-cita setinggi langit. Ia ingin menjadi guru hebat yang dapat mendidik anak-anak bangsa Indonesia agar menj